Saturday 4 February 2012

Math

Hello Bloggers!

Bagaimana kabar kalian? Semoga sehat yaaa (cuaca lagi gak bagus, jangan sampe sakit ya~)
Gue lagi mencuri waktu ditengah-tengah kesibukan pra-berbagai-ukom sekolah nih. Kali ini gue mau berbagi pengalaman gue sama matematika (Mr. Math). Apa? Matematika? Iya, itu loh, pelajaran yang dominan sama angka-angka itu. Tau kan? Et, jangan berhenti baca! Ini penting loh, terutama buat kalian yang alergi sama matematika. Kalian siap-siap gue jodohin sama Mr. Math

Jadi begini Bloggers, zaman dahulu kala (halah, apa deh), maksudnya dulu sewaktu gue masih SD (pernah SD juga rupanya hehe) tepatnya kelas 4, gue punya pengalaman yg cukup mengerikan (alias buruk)  dengan Mr. Math. Pas lagi ulangan matematika, gue biasa-biasa aja (yah, seperti biasanya lah: bodo amat). Tapi pas gue ngerjain soal-soal terakhir dan waktunya semakin tipis-pis-pis-pis, gue akhirnya mulai keringet dingin, tangan gemeteran (yang berujung pada gak bisa nulis), pusing, capek, mual (halah, gak yang ini gak kok hehe), de el el. Dan pada akhirnya Cuma satu yang gue lakuin: nangis. Hebat kan?


Selanjutnya, guru gue mengumumkan nilai gue: 4,5.
Hebat sekali (tepuk tangan yang meriah~). Dan udah bisa ditebak, itulah pengalaman yang bikin gue benci setengah mati sama Mr. Math. Gimana gak? Jelas-jelas Mr. Math udah dua kali bikin gue malu dalam waktu yang bersamaan! Pertama karena nangis di depan temen-temen gue, kedua karena dapet nilai jelek


Selama itu pula gue mulai muak sama Mr. Math. Ya, nyaris parah emang. Tapi semua itu berubah pas gue kelas 5 SD. Saat itu guru kelas 5 gue adalah guru yang terkenal tegasnya minta ampun. Well, emang begitulah kenyataannya. Awalnya gak ada perubahan apapun dalam diri gue, tetep muak sama Mr. Math. Tapi seiring berjalannya waktu, Bu Nur (nama guru gue) makin hari makin intensif menjejali berbagai rumus, soal, dan materi matematika yang mau gak mau bikin gue harus menelan semua rumus-rumus, soal-soal, dan materi matematika itu. Pernah suatu kali gue disuruh ngafalin perkalian 1-10 (dari 1 x 1 samapi 10 x 10), terus di tes mencongak. Selama kurun waktu selama setahun itu, gue mulai terbiasa dengan segala bentuk rumus, soal, dan materi matematika, mulai dari yang sederhana, sampai yang bikin kepala mumet.

 
Alhasil, gue secara gak sadar makin lama makin jatuh cinta sama Mr. Math. Percaya gak? Sampai detik ini, gue masih meletakkan Mr. Math sebagai salah satu dari daftar pelajaran yang paling gue sukai. Mau tau apa rahasia supaya kita bisa jatuh cinta sama Mr. Math yang—katanya—nyebelin itu?

Ada sebuah pemikiran yang dikatakan Bu Nur yang selalu melekat dalam ingatan gue dan gak bisa gue lupain:


“Belajar matematika itu sama dengan membangun rumah. Bila fondasi rumah belum dibangun dengan kuat, lalu kita melanjutkan membangun tiang dan atapnya, maka rumah itu pasti akan roboh. Demikian pula dengan matematika, jika kita belum paham materi dasarnya, lalu kita melanjutkan belajar materi berikutnya, maka kita pasti akan hancur—tersesat dalam ketidaktahuan.”


Percaya gak percaya, itu emang nyata. 

 
Kesimpulannya: kalau kalian belum menguasai materi dasar Mr. Math, jangan mempelajari bahasan materi tingkatan yang lebih lanjut terlebih dahulu. Karena itu hanya akan membawa kalian pada kebingungan yang gak berujung. gue saranin buat belajar dari awal, belajar dari dasar (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian). Jangan malu buat belajar dari awal, gak ada salahnya kok belajar penjumlahan. Kalo ada yang bilang belajar pengurangan sama aja kayak anak SD, itu non sense! Mendingan kita nguasain penjumlahan di luar kepala sampe expert (halah, lebainya kumat) dari pada kita tergagap-gagap ngerjain soal aljabar kan?

No comments: