Saturday 4 February 2012

Guiding

Bloggers, kalian masih setia membaca artikel gue kan? Ayolaaah, masih kaaan? (maksa).
Nah, sekarang ini gue mau membahas sedikit mengenai Guiding (pemanduan). Buat kalian yang cita-citanya sama kayak gue  jadi pemandu wisata, informasi ini cukup berguna loh.

Secara garis besar, Guiding itu terbagi menjadi tiga:

● Opening
● Commentary
● Closing

Untuk commentary, ada beberapa hal yang lebih spesifik yang harus diperhatikan. Semisalnyan aja country and city in general, passing sight, interesting objects. Nah, sekarang kita bahas lebih lanjut ya…


● Opening

Opening atau pembukaan adalah bagian perkenalan. Bagian paling awal dari sebuah pemanduan. Paling awal dan sangat penting. Ingatlah: first impression is very important

Contoh: Ladies and gentlemen, how are you today? Well, ladies and gentlemen. On behalf of my company SHINee Tour & Travel I wish you selamat pagi dan selamat datang di Jakarta. That is our common greeting which means: good morning and welcome to Jakarta. First for all, I would like to introduce our crew in this bus. For myself, my name is Sendi. I’m your guide today and I’m very pleased to accompany you today. In front of you is Mr. Edi as our driver today and his assistant is Mr. Jaja. Our tour program for today is visiting the National Museum and Ancol Dream Park.


● Commentary

Commentary adalah bagian penjelasan atau isi dari pemanduan. Biasanya berisi hal-hal menarik yang bsia kita jelasin ke turis, juga hal-hal unik yang hanya ada di negara kita untuk diberitau ke turis.

Contoh: Ladies and gentlemen, if you see to the right side, there is a unique transportation which you can only find in Jakarta. It is bajaj. It’s unique because usually other transportation  has four wheels, but bajaj only has three wheels, one on the front and two on the back. The color of bajaj is commonly orange and the rudder is same as the motorcycle’s rudder. On body side of bajaj was written the operation area that usually bordered only in one sub region. The capacity of bajaj is two or mostly three adults who will seat behind the driver. Bajaj has a very noisy sound and make us trembling if we seat in it. But bajaj can be very useful to pass the traffic jam in Jakarta. If want to take bajaj to travel somewhere, the cost will depend to the destination. It will be cheaper if near and will be more expensive if far. Bur of course we can bargain the cost as cheap as possible.

● Closing

Closing atau penutupan adalah bagian akhir sebuah pemanduaan dimana kita harus menutup pemanduan kita serta memberi kesan yang menyenangkan. Closing terdiri dari: addressing, information that tour is end, thanksgiving, remind the tourist of their personal belongings, dan farewell.

Contoh: Well, ladies and gentlemen, in a few more minutes we will arrive at the National Monument. On behalf of my company, SHINee Tour & Travel, I would like to say thank you very much for your attention and participation. Please make sure there are nothing left behind before you get down from the bus. See you at the next tour and have a nice day!



Well, sampai sini, semoga bermanfaat buat kalian Bloggers~

Bahasa Indonesia

Hello~ Hello~

Semoga kalian para Bloggers bersedia membaca sedikit pengalaman gue sama Bahasa Indonesia (Mrs. Bahasa). Pengalaman yang gak terlalu menghebohkan sih, hanya aja gue merasa ini perlu disebarkan di dunia maya hehe. 



Soal Mrs. Bahasa, gue emang aslinya rada 50:50. Antara seneng sama biasa aja gitu. Alasan pertama gue suka sama Mrs. Bahasa adalah karena gue sukaaa banget baca. Terutama baca novel dan komik. Gara-gara gue suka baca, jadi kebawa nyebur ke dunia tulis menulis deh (ya walaupun belum pernah dimuat di media tulis manapun)—buat kalian yang suka baca, silahkan sempetin buat mampir baca cerpen gue di blog ini (promosi). Nah, yang bikin gue biasa aja sama Mrs. Bahasa adalah pelajarannya. 



Bahasa Indonesia itu bukan pelajaran yang sulit, tapi bukan juga pelajaran yang bisa disepelekan. Karena nyepelein Mrs. Bahasa sama aja bunuh diri. Terutama bagi kalian yang berwarga negara Indonesia kelas 6, 9, dan 12 yang harus mengikuti UN. 

Pengalaman gue sendiri membuktikan bahwa Bahasa Indonesia itu (seperti yang dikatakan Bu Zuriah—guru Bahasa Indonesia gue) 70% mengandalkan logika dan 30% sisanya baru materi. Siap-siap aja buat kalian yang logikanya gak jalan untuk nyari dokter-pelancar-logika-biar-gak-mandeg.

Kalo gue sendiri sih punya trik khusus yang bisa (atau setidaknya) membuat gue gak blo’on-blo’on amat soal mapel Bahasa Indonesianya. Yaitu gurunya. Selama nyaris duabelas tahun gue sekolah, gue udah merasakan bagaimana rasanya dijarin sama berbagai jenis karakter guru. Mulai dari yang kelewat lemah lembut—alias kemayu—sampe yang paling sangar sekalipun gue pernah merasakan. Tapi dari sekian banyak guru Bahasa Indonesia, Cuma guru-guru tegas bin sangar doang yang bisa bikin  nalar gue jalan. 


Entah kenapa nilai-nilai gue  merosot drastis kalo diajarin sama guru yang kemayu—kalo kita bilang kelemar kelemer gitu deh. Tapi nilainya bisa meroket kalo diajarin sama yang tegas-tegas. gue pikir, mungkin karena diri gue sendiri itu perlu ditegasin, equals to otak gue paksa buat jalan, karena kalo gak bisa kena semprotan yang gak berujung dari gurunya. 

Makanya gue gak ketar-ketir pas anak-anak UJP (kelas jurusan gue  minta ganti guru, selain Bu Zuriah. Karena yang gue tau, gak ada guru Bahasa Indonesia lain yang setegas Bu Zuriah. Waduh, bisa berabe kalo begitu caranya. Masalahnya waktu SMP gue pernah ngalamin hal yang sama. Pas kelas 7 gue diajarin sama guru yang bueh, killernya minta ampun (gak usah ditanya deh). Tapi diluar itu, nilai-nilai gue bagus-bagus. Gak ada yang buruk rupa (apa deh). Eh, pas naik kelas 8, gurunya emang gak kemayu-kemayu amat, tapi gak tegas sama sekali. Alhasil? Nilai gue ketinggalan jauh sama nilai-nilai gue waktu kelas 7. Gak heran deh kalo gue berkesimpulan guru kemayu gak cocok ngajarin gue Bahasa Indonesia.


Well, sepertinya sel-sel otak gue perlu distimulasi dengan bentakan dan teguran mantap biar gak punya waktu sedikit pun buat terlelap. Ckckck, diri gue yang aneh…


Tapi, biar bagaimana pun, kita tetap harus semangat buat belajar Bahasa Indonesia. Karena sadar gak sadar, Mrs. Bahasa itu kalo gak dipelajarin dengan serius, bisa bikin kita mumet juga loh! Ayo! Semangat belajar Bloggers!

Math

Hello Bloggers!

Bagaimana kabar kalian? Semoga sehat yaaa (cuaca lagi gak bagus, jangan sampe sakit ya~)
Gue lagi mencuri waktu ditengah-tengah kesibukan pra-berbagai-ukom sekolah nih. Kali ini gue mau berbagi pengalaman gue sama matematika (Mr. Math). Apa? Matematika? Iya, itu loh, pelajaran yang dominan sama angka-angka itu. Tau kan? Et, jangan berhenti baca! Ini penting loh, terutama buat kalian yang alergi sama matematika. Kalian siap-siap gue jodohin sama Mr. Math

Jadi begini Bloggers, zaman dahulu kala (halah, apa deh), maksudnya dulu sewaktu gue masih SD (pernah SD juga rupanya hehe) tepatnya kelas 4, gue punya pengalaman yg cukup mengerikan (alias buruk)  dengan Mr. Math. Pas lagi ulangan matematika, gue biasa-biasa aja (yah, seperti biasanya lah: bodo amat). Tapi pas gue ngerjain soal-soal terakhir dan waktunya semakin tipis-pis-pis-pis, gue akhirnya mulai keringet dingin, tangan gemeteran (yang berujung pada gak bisa nulis), pusing, capek, mual (halah, gak yang ini gak kok hehe), de el el. Dan pada akhirnya Cuma satu yang gue lakuin: nangis. Hebat kan?


Selanjutnya, guru gue mengumumkan nilai gue: 4,5.
Hebat sekali (tepuk tangan yang meriah~). Dan udah bisa ditebak, itulah pengalaman yang bikin gue benci setengah mati sama Mr. Math. Gimana gak? Jelas-jelas Mr. Math udah dua kali bikin gue malu dalam waktu yang bersamaan! Pertama karena nangis di depan temen-temen gue, kedua karena dapet nilai jelek


Selama itu pula gue mulai muak sama Mr. Math. Ya, nyaris parah emang. Tapi semua itu berubah pas gue kelas 5 SD. Saat itu guru kelas 5 gue adalah guru yang terkenal tegasnya minta ampun. Well, emang begitulah kenyataannya. Awalnya gak ada perubahan apapun dalam diri gue, tetep muak sama Mr. Math. Tapi seiring berjalannya waktu, Bu Nur (nama guru gue) makin hari makin intensif menjejali berbagai rumus, soal, dan materi matematika yang mau gak mau bikin gue harus menelan semua rumus-rumus, soal-soal, dan materi matematika itu. Pernah suatu kali gue disuruh ngafalin perkalian 1-10 (dari 1 x 1 samapi 10 x 10), terus di tes mencongak. Selama kurun waktu selama setahun itu, gue mulai terbiasa dengan segala bentuk rumus, soal, dan materi matematika, mulai dari yang sederhana, sampai yang bikin kepala mumet.

 
Alhasil, gue secara gak sadar makin lama makin jatuh cinta sama Mr. Math. Percaya gak? Sampai detik ini, gue masih meletakkan Mr. Math sebagai salah satu dari daftar pelajaran yang paling gue sukai. Mau tau apa rahasia supaya kita bisa jatuh cinta sama Mr. Math yang—katanya—nyebelin itu?

Ada sebuah pemikiran yang dikatakan Bu Nur yang selalu melekat dalam ingatan gue dan gak bisa gue lupain:


“Belajar matematika itu sama dengan membangun rumah. Bila fondasi rumah belum dibangun dengan kuat, lalu kita melanjutkan membangun tiang dan atapnya, maka rumah itu pasti akan roboh. Demikian pula dengan matematika, jika kita belum paham materi dasarnya, lalu kita melanjutkan belajar materi berikutnya, maka kita pasti akan hancur—tersesat dalam ketidaktahuan.”


Percaya gak percaya, itu emang nyata. 

 
Kesimpulannya: kalau kalian belum menguasai materi dasar Mr. Math, jangan mempelajari bahasan materi tingkatan yang lebih lanjut terlebih dahulu. Karena itu hanya akan membawa kalian pada kebingungan yang gak berujung. gue saranin buat belajar dari awal, belajar dari dasar (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian). Jangan malu buat belajar dari awal, gak ada salahnya kok belajar penjumlahan. Kalo ada yang bilang belajar pengurangan sama aja kayak anak SD, itu non sense! Mendingan kita nguasain penjumlahan di luar kepala sampe expert (halah, lebainya kumat) dari pada kita tergagap-gagap ngerjain soal aljabar kan?