Sunday 11 December 2011

[FF] My Complicated Destiny

Title: My Complicated Destiny
Genre: yaoi, tragis, romance [pokoknya 'suka-suka gue'!]
Author: ChoiSH (Sendiana)
Main Cast: Onew, Minho, Soo Hoon
Other cast: SHINee's members


P.S.: yang GAK RCL siap-siap author getok!






[???  POV]


-May 2007-


Aku gak tau sekarang aku ada dimana, aku gak tau sekarang tanggal, bulan, dan tahun berapa, bahkan aku gak tau siapa diriku…
Saat seseorang bertanya, “Kau ingat siapa namamu?”
Yang kulakukan hanya menatap si penanya dengan tatapan kosong. Blank. Sama sekali tak ada yang kuingat.
Tapi… aku ingat akan sesuatu. Alisku berkerut berpikir keras. Berusaha keras mengorek-ngorek ingatan kecil yang tersembunyi di sudut terlupakan dalam ingatanku. Dan akhirnya aku menemukannya. Hanya satu ingatan kecil yang dapat aku temukan. Ya, dan aku yakin sekali dengan yang satu ini.


Aku yeoja.


Aku yakin sekali dengan ingatan yang satu ini. SANGAT YAKIN. Aku tidak mungkin salah tentang hal ini.


“Choi Minho”, ujar si penanya membuyarkan lamunanku.
“Hah? Mwo?”
“Namamu Choi Minho. Kurasa kau mengalami amnesia karena kecelakaan itu”, ujarnya seraya menatapku.
Apa? Choi apa? Bukankah itu nama yang lebih cocok untuk seorang namja?


“Oh ya, cheoneun Yun Sik imnida. Aku dokter  yang merawatmu selama seminggu ini. Kau mengalami kecelakaan seminggu yang lalu dan tidak sadarkan diri selama seminggu. Dan…”, tersirat sedikit keraguan diwajahnya. “Yeoja yang kau tabrak tewas di tempat saat kecelakaan itu terjadi…”
Kerongkonganku tercekat. Wajahku langsung pucat. Yeoja? Tewas ditempat? Aku menabrak seseorang? Apa maksud semua ini? Apa dia tidak salah bicara?


“Tidak usah terlalu dipikirkan, itu bukan salahmu. Gadis itu yang salah karena tidak menyebrang pada tempatnya. Hm… kondisimu sekarang sudah membaik. Sebaiknya kau istirahat beberapa hari lagi dan setelah itu kau boleh pulang. Keluargamu pasti senang  mendengar kau sudah siuman. Sebaikanya aku telepon dulu keluargamu”, ujarnya dengan seulas senyum menghiasi wajahnya. Kemudian dia keluar dari ruangan dan meninggalkanku sendirian di ruangan yang serba putih ini.


Kuedarkan pandanganku kesekeliling ruangan. Ini di rumah sakit. Ya, tentu saja, aku kan baru  saja mengalami kecelakaan, pasti di rawat di rumah sakit. Gak mungkin di rumah duka. Lalu, perlahan aku beranjak dari tempatku berbaring. Menapakkan kakiku ke lantai dan melangkah terseok-seok karena kondisiku yang belum terlalu fit. Aku berjalan ke arah pintu. Terus berjalan. Namun langkahku terhenti saat aku menyadari sesuatu. Aku merasa ada sesuatu yang aneh. Disamping kananku, ada cermin besar yang menjulang tinggi nyaris menggapai langit-langit. Wajahku kembali pucat pasi, keringat dingin membanjiri tubuhku. Sedikit demi sedikit kutolehkan wajahku untuk menatap bayanganku di cermin. Dan saat mataku bertemu dengan mata bayanganku di cermin, jantungku langsung terbetot, kakiku langsung lemas.


Di cermin itu, aku melihat sesosok bepakaian serba putih, berwajah pucat, berkeringat, dan menampakkan wajahnya yang terlihat sangat ketakutan. Wajahnya  begitu… tampan. Matanya yang bulat, bibirnya yang menggoda, hidungnya, rambutnya, semuanya… sempurna. Belum pernah aku melihat namja serupawan dan sesempurna ini. Selama menit-menit yang terasa panjang, aku hanya diam membeku menatap bayangan di cermin itu.
Kemudian detik berikutnya aku langsung menyadari sesuatu…
Ini bukan tubuhku. Ini bukan aku.


Terngiang lagi ucapan dokter yang tadi, “Kau mengalami kecelakaan seminggu yang lalu dan tidak sadarkan diri selama seminggu. Dan… Gadis yang kau tabrak tewas di tempat saat kecelakaan itu terjadi…”
“Ga.  Ini gak mungkin!”, jeritku ditengah keputusasaan yang tidak masuk akal ini. Semakin kuat aku menolak kenyataan ini, semakin benar kenyataan yang terjadi.


Tubuku tertukar. Bukan gadis itu yang mati dalam kecelakaan, tapi pemilik tubuh inilah… Choi Minho, dia mati bersama tubuhku.


=============================================================


[Minho POV]


-November 2011-


“Minhooo...!!”
Hah, suara sirine umma sudah mengiang-ngiang mengusikku yang sedang asik-asiknya terlelap di atas kasur  yang entah kenapa pagi ini terasa sangat nyaman sekali.  Bagaimana bisa dia tega sekali membangunkan aku yang tak berdaya oleh kantuk sialan ini? Dengan jengkel, kusumbat kedua telingaku dengan bantal dan menarik kembali selimutku sampai menutupi seluruh tubuhku. Kupikir dengan begitu umma akan berhenti berteriak dan menyerah, membiarkanku tetap tidur sepanjang hari ini. Tapi ternyata tidak.


BRAKK!! Pintu kamarku dibuka dengan cara yang sangat tidak berperikebendaan.


“Minho! Bangun! Kau bisa telat sekolah nanti! Cepat bangun dan segera mandi sekarang!”, bentak umma seraya menarik paksa selimutku dan menggeretku ke kamar mandi tanpa peduli betapa ngantuknya aku karena semalam latihan dance hingga larut malam. Ingin rasanya aku menjerit. Tapi tidak bisa. Yang menjerit saat ini justru batinku.
“Setelah selesai mandi, segera turun ke bawah. Minseok sudah menunggumu untuk berangkat sekolah. Dan ingat, jangan lama-lama!”, perintah umma galak.


“Ne umma. NE. ARA”, jawabku singkat dan langsung saja aku hengkang dari hadapan umma dan masuk ke kamar mandi dengan setengah hati. Huh, dasar umma, nggak tau apa kalo mata anaknya ini sekarat. Saat mengguyur sekujur tubuhku dengan air, sempat terbesit dalam benakku untuk tidur sebentar di kamar mandi. Tapi kuurungkan niatku, mengingat Minseok pasti akan membunuhku kalau sampai hal itu terjadi.


============================================================


“Gomawo hyung, sudah mengantarku”, ujarku dengan wajah sedingin es batu.
“Ne. Aku pergi sekarang”, balas Minseok hyung tak kalah dinginnnya, mesin motornya menderu terdengar memekakkan telinga. Kemudian motornya melengos pergi, dia menghilang di tikungan bersama suara deru motornya seolah terbawa angin lalu.


Hah, seperti  inilah kehidupanku. Bangun pagi, berangkat sekolah, pulang sekolah langsung diantar oleh Minseok hyung ke gedung SM Entertainment untuk latihan atau paling tidak menghadiri acara reality show atau menghadiri undangan yang ditujukan untuk SHINee, setelah itu pulang tengah malam, dan tidur. Lalu bangun pagi dan seterusnya. Rasanya aku hampir mati bosan dengan kegiatan menyebalkan ini.


“Tapi… tidak semenyebalkan itu sih…”, tiba-tiba aku tersenyum sendiri dengan pikiran yang berseliweran dalam benakku. Bayangan seseorang memenuhi otakku. Aku berjalan pelan menaiki tangga sambil melamun, sampai-sampai tak menyadari ada seseorang yang memperhatikanku sejak aku turun dari motor tadi.


“Ehm. Apa ada sesuatu yang lucu sampai pangeran es kita yang satu ini bisa tersenyum seperti itu?”
Aku mendongakkan kepalaku saat mendengar suara yang nyaris membuat jantungku mencelat. Kudapati sesosok namja berkulit putih pucat, berwajah chubby dengan mata sipitnya yang sangat menggemaskan. Onew hyung. Dia sedang menatapku dengan senyumannya yang entah kenapa selalu berhasil membuatku sinting.


“Hyung? Apa yang kau lakukan disini?”, tanyaku mengalihkan pertanyaannya.
“Hmm… menunggumu?”, jawabnya sambil tersenyum jahil. Brengsek. Hentikan senyuman mautmu itu hyung! Kau bisa membuatku gila dengan senyuman sialanmu itu!
“Aku serius”, ujarku dengan ekspresi datar, padahal jantungku sudah melompat-lompat tidak karuan di dalam dadaku. Sialan!


“Hahahaha! Kau ini paling tidak bisa diajak bercanda. Ada yang ingin aku kenalkan padamu”, katanya tetap sambil memamerkan senyumnya. “Ayo, ikut aku!”, kali ini Onew hyung menarik lenganku dan menyeret paksa  diriku menuju ruang latihan SHINee. Aku tak mengatakan apa-apa. Well, apa yang perlu kukatakan? Lagipula aku memang jarang bicara. Malas.


“Hey semuanya! Pangeran es kita sudah datang!”, teriak Onew hyung pada member yang lainya.
“Ya! Minho ah, kenapa kau telat?!”, protes Taemin. Si magnae yang selalu petakilan, nggak bisa diam.
“Kau telat sepuluh menit Minho! Berarti hari ini kau yang harus beli makanan, hehehe”, sambung Jonghyun hyung. Namja berbadan atletis yang suaranya setinggi langit. Terkadang ingin rasanya aku menyumbat telingaku setiap kali dia berbicara. Suaranya tinggi sekali, aku sampai takut gendang telingaku bakal pecah kalau mendengar dia berbicara terus menerus. Hah.


“Kalau kau telat lagi, kau harus teraktir kami Minho!”, jerit si cerewet Key hyung. Dia lebih parah dari Jonghyun hyung. Cerewetnya minta ampun, seperti bajaj korslet (emang di Korea ada bajaj ya? -,-).
Saat aku mengedarkan pandang ke sekeliling ruangan, kudapati ada sesuatu yang ganjil. Seharusnya, disini hanya ada lima orang. Ya, lima orang termasuk aku. Tapi di sudut ruangan, kulihat seseorang sedang tersenyum seraya menatapku. Atau lebih tepatnya, tatapannya menghujam ke arahku.


“Ya, sudahlah. Yang penting kan sekarang Minho sudah disini. Oh ya, Minho kenalkan, ini Soo Hoon”, kata Onew hyung sembari menunjuk ke arah seorang gadis berambut cokelat sepundak dengan mata bulatnya yang aneh. Aku merasa ada sesuatu yang aneh dengan senyumannya. Tatapannya juga, seolah dia ingin menerkamku kapan saja ketika aku lengah.


“Annyeonghaseyo. Soo Hoon imnida. Mannaseo bangapseumnida”, ujar gadis itu seraya membungkuk ke arahku. Aku balas membungkuk ke arahnya,dan berusaha tersenyum semanis mungkin. Kuharap dia tak menyadari senyumanku yang dipaksakan ini.


“Minho imnida”. Seperti biasa, ucapan yang singkat, padat, dan jelas.
“Baiklah, Minho, mulai saat ini Soo Hoon-ssi akan ikut latihan bersama kita. Dia akan menjadi cover dancer di SHINee, kuharap kau bisa bekerja sama dengannya”, ujar Onew hyung menutup acara perkenalanku dengan Soo Hoon.
Ya, hanya itu terjadi.


Kupikir  begitu. Tapi ternayata aku salah. Bencana besar sudah menantiku, karena sejak saat aku mengenal gadis bernama Soo Hoon itu, perlahan hidupku menuju ambang  kehancuran. Masalah demi masalah datang membuat hidupku berantakan.


==========================================================


[Soo Hoon POV]


Dia tidak mengenalku? Benarkah? Dasar brengsek. Manusia macam apa kau itu?
Well, tak apalah. Toh sejak awal aku memang tak berniat membuatnya mengingatku. Tujuanku masuk ke SMEnt dan menjadi cover dancer SHINee kan bukan karena dia. Tapi karena…


“Soo Hoon-ssi? Kenapa melamun?”, suara Onew oppa membuyarkan lamunanku.
“A, aku tidak melamun kok oppa…”,jawabku tergagap-gagap.
“Jinja? Bohong. Buktinya kau kaget sekarang”, katanya sambil tersenyum manis. Omona~! senyumnya bikin aku lumer~! Oppa~ jangan tersenyum terus seperti itu! Nanti hatiku bisa menangis melihat wajahmu yang menggemaskan itu~!
“A, aniyo…”, ujarku kehabisan kata.


Aku menyukainya. Ya, Onew oppa. Aku sangat menyukainya. Semua yang ada dalam dirinya, aku suka. Dan dengan semua keterbatasan yang aku miliki saat ini, aku bertekad melampaui semua itu dan membuatnya  menyukaiku. Aku akan berusaha. HWAITING!


“Tuh kan, kau melamun lagi…”, ucap Onew oppa sambil memanyunkan bibirnya, tanda dia merajuk. Omona, demi apapun dia terlihat sangat maniiis sekali! >///<. bosan="" karena="" berada="" di="" dekatku="" ya="" makanya="" kau="" lebih="" suka="" melamun="" kalau="" gitu="" aku="" pergi="" aja="" deh="" katanyasambil="" berlalu.=""></.>


“Andwae!”, serta merta kutahan lengannya dengan kedua tanganku. “A, ani oppa! Aku nggak bosan kok! Hanya saja… aku sedikit gugup kalau berada di dekat oppa…”, ucapku jujur sambil menundukkan kepala, menyembunyikan wajahku yang aku yakin saat ini sudah semerah kepiting rebus.


“Ha? Gugup? Jinja??? Hahahahaha! Kenapa harus gugup Soo Hoonie?”
Ah, mwo? Tadi dia panggil aku apa? Soo Hoonie???  Kyaaaa~! Manisnyaaaa~ >.< Perasaanku nyaris meledak saat itu juga. Dan dengan konyolnya, tanpa berpikir panjang aku langsung menatap mata Onew oppa dan berkata (lebih tepatnya berteriak), “Onew oppa! Ja, jadilah pacarku!”, kemudian tanpa ancang-ancang, aku berjinjit dan merenggut wajah Onew oppa, membenturkan hidungku dengan hidungnya dan membuat bibir kami saling bertemu.
Detik berikutnya, yang terjadi adalah suasana hening yang menyelimuti koridor gedung SMEnt dan wajah Onew oppa yagn menunjukkan keterkejutan yang tak ada habisnya.


Diam-diam, di ujung koridor terdapat sepasang mata yang mengamati kejadian itu sejak tadi dengan tatapan matanya yang tajam. Tersirat kobar kemarahan yang luar biasa dari tatapan mata yang mengerikan itu.


========================================================


[Minho POV]


BRUKK! Suara tas sekolah dibanting dengan kasar ke atas lantai.
“Brengsek! Yeoja terkutuk! Kubunuh kau kalau ketemu nanti! Aaarrrgh! Sialan!”, umpatku bertubi-tubi pada tembok kamarku yang tak berdosa. Aku sampai heran kenapa aku bisa jadi secerewet ini, padahal biasanya kalau aku marah aku tak pernah mengeluarkan sepatah kata pun. Paling-paling hanya aku pendam dalam hati. Tapi kali ini? Aku sampai mengeluarkan umpatan-umpatan tak pantas dari mulutku yang terhormat ini. Hey! Kemana minho si pangeran es itu?! HAH!


 Aku tak bisa menahan amarah yang telah bertahta dalam diriku. Menguasai diriku sepenuhnya dan nyaris membuatku mengamuk menghancurkan segala sesuatu yang ada di depan mataku. Semua ini karena dia. Ya, karena yeoja itu. Yeoja yang tiba-tiba datang begitu saja dan menghancurkan moodku. Yeoja sialan. Berani-beraninya dia menyatakan cinta pada Onew hyung?! Dan, dan dia MENCIUMNYA! Memangnya dia pikir dia siapa hah?! Memangnya… memangnya… memangnya aku siapanya Onew hyung sampai berani menanyakan hal itu?
Tiba-tiba aku jadi frustasi mengingat aku sama sekali tidak berhak atas apapun yang ada pada diri Onew hyung. Dan aku BENCI itu.


========================================================


JEDUG! Kudorong tubuhnya sampai punggungnya mencium tembok.


“Jangan dekati dia”, kataku sedingin es. Aku menghujam tatapanku ke dalam matanya. Kemudian hening sesaat. Tak ada suara. Yang terjadi hanya kami yang saling tatap-tatapan.
“Waeyo?”, tanyanya dengan raut wajah yang sangat menjengkelkan. Ngajakin ribut.


“Kalau kubilang jangan dekati, ya jangan dekati!”, ujarku nyaris membentaknya. Kesabaranku sudah mulai menipis. Akan kuhajar dia kalau sekali lagi dia menunjukkan tampang nyolotnya yang menyewotkan itu.
“Apa… kau menyukaiku?”, tanyanya padaku.
“Hah? Mwo?”, aku balik bertanya, bingung dengan pertanyaanya.
“Kau tidak ingin aku dekat-dekat dengan Onew oppa, apa karena cemburu melihatku dengannya? Jadi, benar kau menyukaiku?”


“Mwo?? Apa aku sebabo itu sampai harus menyukai yeoja sepertimu?”, jawabku dengan jawaban yang jleb banget. Aku yakin pasti dalam hatinya dia bilang ‘hemm, dalem banget’.
“Ani. Oh, begitu…”, ujarnya singkat. Apa maksutnya dengan ‘oh, begitu’? jawaban apa itu?! “Berarti kau menyukai Onew oppa, ya akan?”, kali ini pertanyaanya menghujam langsung tepat di jantungku. Tepat sasaran.
“M, mwo???”, kataku yang budek mendadak.


“Kau tidak menyukaiku. Tapi kau menyuruhku menjauhi Onew oppa, berarti kau menyukai Onew oppa. Benar kan?”, katanya seraya menaikkan sebelah alisnya.
“A, ani! Hahahahaha! Kau bercanda ya?! Itu tidak mungkin! Aku dan Onew hyung, kita ini sama-sama namja! Mana mungkin aku menyukainya! Itu TIDAK MUNGKIN! Itu MUSTAHIL! Jangan mengatakan yang tidak-tidak ya?! Ara?!”, ucapku secepat kilat dan bahkan aku sama sekali tak menyanga aku mencatat rekor berbicara panjang lebar dengan durasi secepat ini. Aku tau gengsiku terlalu tinggi mengatakan kalau aku ini gay. Apalagi pada yeoja super sombong yang ada di hadapanku ini.


Keringat dingin mulai membanjiri pelipis dan sekujur tubuhku. Wajahku pucat dan nafasku terengah-engah. Ini bukan aku. Sama sekali tidak terlihat seperti Choi Miho. Berbeda sekali kondisinya dengan seseorang yang ada di hadapanku, dia terlihat tenang, tanpa beban, dan dengan senyum iblisnya yang seperti menikam tepat di dadaku. Bagaimana bisa dia setenang ini??? Yeoja terkutuk!


“Kau pasti akan menyesal mengatakan hal itu”, ucapnya enteng, kemudian dia memberikan kedikan menyuruhku menoleh ke belakang. Dan betapa terkejutnya diriku saat aku menoleh, di sana, kulihat sesosok namja dengan wajah yang sangat kukenal. Berkulit sepucat tahu dengan pipinya yang gembil. Namun saat ini bukan senyuman manisnya yang menghiasi wajahnya, tapi seraut wajah tegang dengan mata yang terbelalak menatap ke arahku.


“O, Onew hyung…”
Oh Tuhan… tidak. Dia mendengar semuanya. Semua yang tadi aku ucapkan.
Sial!


=========================================================


[Onew POV]


Jadi, begitukah perasaannya selama ini padaku? Sama sekali tidak… tidak… punya sedikit saja? Perasaan? Rasa suka? Apakah begitu?
Aku duduk di ruang latihan dengan berbutir-butir keringat jatuh membasahi rambut, wajahku, bahkan sebagian besar tubuhku. Aku menjambak rambutku yang sudah mulai panjang ini dan mengerang penuh keputusasaan.
Kata-kata Minho kemarin, berputar-putar dalam benakku, benar-benar membuatku gila. Dengan amat sangat jelas, aku mendengar dengan telingaku dan melihat dengan mata kepalaku sendiri dia mengatakan bahwa dia TIDAK MENYUKAIKU. Waktu itu, aku benar-benar berharap Tuhan mencabut nyawaku saat itu juga.


Mungkin kalian bingung kenapa aku bisa menyukai Minho yang seorang namja. Entahlah… Tapi aku sendiri juga tidak tau kenapa. Bahkan tak ada satu kata pun di dunia ini yang dapat mengemukakan alasan kenapa aku menyukainya. Aku sangat menyukainya. Ah tidak, belakangan aku baru menyadari kalau aku bukan menyukainya. Tapi, aku mencintainya. Ya, aku sangat mencintainya. Titik. Hanya itu yang aku tau.


Tapi taukah kalian bagaimana rasanya saat seseorang yang sangat kau cintai dengan mantap mengatakan kalau dia SAMA SEKALI TIDAK MENYUKAIMU? Hancur. Ya, itulah yang aku rasakan sekarang.
Tanpa terasa, sebutir air mata kepedihan bergulir menuruni pipiku.


========================================================


[Soo Hoon POV]


Hatiku seperti diiris sembilu, melihat Onew oppa meneteskan air mata. Aku benci sekali saat aku tak bisa berbuat apa-apa  untuk membuatnya tidak menangis, aku benci sekali saat aku hanya diam mematung melihatnya menderita, aku benci sekali saat aku hanya dapat menatapnya padahal aku tau dia sangat terluka, tapi egoku lebih mengerikan lagi, karena aku BENCI sekali saat aku melihat Onew oppa meneteskan air mata dan aku tau air mata itu bukan untukku. Tapi untuk seseorang yang sangat kubenci. Minho. Kau…!! Tak cukupkah atas semua yang telah kau lakukan padaku??!
Aku berlari menyusuri koridor gedung SMEnt dan di situlah aku menemukan benda yang kuharap tak pernah kutemukan. Di dekat pintu masuk ruang pribadi SHINee. Buku diary Minho.


=========================================================


Konser mini SHINee sudah berkahir. Dan sekarang aku sudah tidak berguna lagi di SHINee.
Kulihat belakangan ini, semenjak peristiwa Minho mengatakan dia tidak menyukai Onew oppa, mereka berdua jadi lebih banyak diam. Kupikir itu akan berakhir hanya dalam beberapa hari saja, setelah itu semua akan kembali normal. Ternyata perkiraanku meleset. Sampai saat ini, sudah lebih dari satu bulan, mereka tetap tak saling bicara. Dasar, sama-sama suka tapi yang satu kurang percaya diri untuk mengatakn suka, yang satu lagi gengsi mau ngaku kalo suka. Dasar babo. Aku merutuk-rutuki kedua namja babo itu dalam hati, tanpa sadar menunjukkan raut wajah kesalku pada member yang lain.


“Waeyo Soo Hoonie?”, tanya Key sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan mukaku.
“A, ani. Aku hanya sedang berpikir saja…”, jawabku asal. Sebal sekali, Key selalu menggangguku sejak pertama kali aku jadi cover dancer di SHINee. Dan dia sama sekali nggak bisa diam. Cerewetnya minta ampun. Aku sampai kewalahan nanggepin omongannya.


“Berpikir tentang apa?”, tanya Key. Hah, mau tau aja! Kataku sewot, tentu saja dalam hati.
“Gwaenchana, lupakan saja”, jawabku sambil berlalu. Aku berusaha tak menggubris protes Key karena aku tak menjawab pertanyaannya. Lalu aku segera pergi dari ruang latihan dan menuju ke lokerku. Mengambil sesuatu. Sesuatu yang sangat penting yang sudah aku persiapkan jauh-jauh hari sebelum lusa tiba. Huff… semua ini harus aku akhiri.


========================================================


[Onew POV]


“Apa ini?”, tanyaku heran dengan sebuah amplop berwarna pink yang disodorkan Key padaku.
“Mollayo. Aku TIDAK TAU hyung. Huh”, jawab Key dengan nada yang nyolotnya minta ampun. Kenapa sih dia? “Itu dari Soo Hoonie. Dia menyuruhku menyampaikannya padamu”, sambung Key tetap dengan bibir manyun dan mata kucingnya yang menandakan kalau dia sedang kesal.


“Kau ini kenapa sih?”, tanyaku akhirnya, tak tahan melihat wajah kesalnya.
“Kenapa??? Hyung tanya kenapa?? Aku kesal hyung! Kesal! Hyung kan tau aku suka sama Soo Hoonie! Tapi kenapa hyung yang dapat surat… surat… cci… arrgh pokoknya surat! Warnanya pink lagi! Aku ga rela!”, kemudian Key melengos pergi dengan menghentak-hentakkan kakinya seraya berkata, “Eotteokkhe??! Hah! Buuyaaa???! Soo Hoonie babo!!”


Aku hanya bisa menggeleng-geleng kepala melihat kelakuan Key. Kemudian aku beralih ke surat dari Soo Hoon-ssi. Kuperhatikan amplop berwarna merah muda itu dengan cermat. Di sudut pojok amplop itu terdapat ukiran bunga-bunga indah dan disana tertulis


To: Onew oppa


Kubuka amplop itu dengan hati-hati, seolah itu adalah barang rapuh yang akan pecah jika aku tak berhati-hati memegangnya. Di dalamnya terdapat secarik kertas dengan tulisan tangan bertinta cokelat, warna cokelat yang mengingatkanku pada warna rambut Soo Hoon-ssi.


                Dear Onew oppa,


                Oppa, mianhae aku tak bisa bicara langsung padamu. Kupikir ini tidak terlalu   penting bagimu, jadi lebih baik kalau aku menyampaikannya lewat surat saja.
Oppa, aku tau kau sudah mendengar ini langsung dari mulutku, tapi aku ingin mengatakannya sekali lagi. Boleh kan?
Aku menyukaimu oppa… ah, salah, bukan, bukan… Tapi, aku mencintaimu…
Aku sama sekali tidak berharap kau mengatakan kau juga menyukaiku, karena aku tau, sudah ada seseorang yang kau cintai :) Gwaenchana…


Aku hanya ingin kau tau saja, bahwa aku mencintaimu… sampai kapan pun, perasaan ini akan tetap sama. Tapi biar bagaimanapun aku berharap, seiring berjalannya  waktu, semoga perasaanku akan terkikis dan semakin lama akan sirna termakan waktu. Agar perasaanku ini tak membebanimu, tak menyakitimu oppa… aku tau ini sulit bagimu. Mianhaeee :’(
Oppa, kau mau kan mengabulkan permintaan kecilku? Kejarlah orang yang kau cintai itu oppa, jangan biarkan dia lepas darimu :) berjanjilah padaku kau akan menjaganya selalu… untukku… janji ne?


Kau tau oppa? Mencintaimu itu seperti luka yang sangat indah… :’)
Saranghae oppa… Bye…


                                                                                Dari seseorang yang sangat mencintaimu,
                                                                                                Choi Soo Hoon.


=========================================================


 [Minho POV]


“Apa ini?”, ujarku seraya mengangkat sebelah alisku. Kulihat ada sesuatu terselip di celah lokerku. Sebuah amplop. Warnyanya biru. Siapa yang mengirim surat? Jangan-jangan surat cinta lagi, pikirku bergidik ngeri. Kalau dari Onew hyung sih, nggak papa. Tapi kalo dari fansku… membayangkannya saja aku sudah membuatku merinding (dasar gay blo’on, dapet surat cinta kok malah merinding -,-).
Pada amplop itu tertulis


To: Choi Minho


Kubuka amplop tak beralamat itu, kemudian segera kubaca isinya.


                Minho, aku tidak suka berbasa-basi. Langsung pada intinya saja.
Katakan pada Onew oppa kalau kau menyukainya. HARUS! Ara? Awas kalau sampai tidak kau lakukan! Kuberitau ya, kau itu tidak bisa memilih dengan siapa kau akan jatuh cinta! Jadi sebaiknya kau jujur pada perasaanmu dan katakan yang sebenarnya… ara?


Dasar kau ini, namja babo. Gay babo!
Hufft, tadinya aku tak berniat berbicara panjang lebar denganmu dalam surat ini. Tapi entah kenapa, aku ingin tau… apa tidak kau mengingatku? Atau kau hanya pura-pura tidak mengingatku? Well, mollayo… hanya kau yang tau. Aku tak akan mendapat jawaban, karena kau tak mungkin membalas suratku.
Kau tau? Betapa aku membencimu. Betapa aku ingin sekali membuangmu dari ingatanku untuk selama-lamanya. Tapi… aku tidak bisa. Aku juga tidak tau kenapa…


Dan kali ini… aku ingin protes! Kenapa harus Onew oppa? Kenapa bukan orang lain saja yang kau sukai?! Tidak cukupkan kau sudah merebut appa, umma, dan Minseok oppa dariku???! Kau tega sekali! Tadinya, aku bertekad kali ini aku tidak akan menyerahkan Onew oppa padamu. Tidak akan. Tapi… lagi-lagi aku tidak bisa…
Kau tau kenapa aku tidak bisa melakukannya?


Suka tidak suka, walaupun aku sangat membenci ini, tapi aku harus mengatakannya. Aku tak bisa melakukannya karena… aku menyayangimu. Aku terlalu menyayangimu Choi Minho… meskipun  sejak kecil kau tak pernah mengalah dariku, tapi aku tetap tak bisa mengusir rasa sayangku yang begitu besar padamu…
Maka dari itu, sekali ini saja… untuk pertama dan terakhir kalinya, biarkan aku memanggilmu…


Minho oppa… aku menyayangimu…






                                                                Dari dongsaeng yang tak bisa berhenti menyayangimu,
                                                                                                Choi Soo Hoon.


P.S.:       Jangan bertindak konyol dengan mengabaikan Onew oppa! Kalau aku sudah menyelesaikan pendidikanku dan kembali ke Korea, ternyata kau dan Onew oppa belum berstatus ‘pacaran’, akan KUBUNUH kau Choi Minho!!!




Setitik air mata turun dari mataku yang berkabut dan berkaca-kaca. Inikah takdirku? Kenapa harus serumit ini? Bukan hanya Choi Minho yang aku sakiti dan khianati, bahkan adiknya pun kini menjadi korban dari keegoisanku yang terdalam.


========================================================


[Soo Hoon POV]


Aku menunggu pesawat tujuan London di ruang tunggu sambil membolak-balikkan buku diary hasil curian. Sebenarnya bukan curian, aku menemukannya, itu berarti aku tidak mencurinya kan? Hah, siapa suruh si babo itu meletakannya sembarangan.
Kubuka halaman demi halaman, dan sampailah pada bagian tengah buku diary berwarna biru laut itu… kutatap potongan foto yang tercecer di situ, kemudian aku tersenyum dengan air mata jatuh dari kelopak mataku.












=====================================================


[Author POV]


5 tahun kemudian…


“Waaah, pestanya meriah sekaliii!!”, terik Taemin seheboh-hebohnya, membuat nyaris semua tamu yang berdatangan menoleh ke arahnya.
“Hush! Taemin! Bisa tidak kau mengecilkan volume suaramu???”, ujar Jonghyun berusaha berbisik, namun tetap saja, suaranya yang tinggi justru membuatnya tidak terlihat seperti berbisik, melainkan membentak  -,-
“Hyung sendiri berisik. Weeeek”, ledek Taemin pada Jonghyun seraya menjulurkan lidahnya. Hal itu mau tak mau memancing kedongkolan Jonghyun.
“Heh! Awas kau ya! Bocah sialan!”, berikutnya sudah bisa ditebak apa yang terjadi, Taemin dan Jonghyun bermain kejar-kejaran seperti orang-orang dewasa konyol yang bikin orang nggak abis pikir mengingat usia mereka yang bukan balita lagi.


“Haaah, mereka selalu saja seperti itu…”, desah Onew heran melihat kelakuan kedua dongsaengnya itu. “Aku ikutan juga ah! :D”, ujar Onew (sangtae kumat -,-) , hendak ikut-ikutan main kejar-kejaran sama Taemin dan Jonghyun. Baru aja mau melangkahkan kaki buat berlari, tiba-tiba seseorang menahannya.
“Andwae chagi. Kau bukan anak kecil lagi…”, ujar sebuar suara sedingin bongkahan es batu.
“Aigo, yeobooo… tapi kan mereka juga bukan anak kecil lagi! Kenapa hanya aku saja yang kau larang???”, protes Onew pada kekasihnya.
“Karena kau berusia paling tua diantara kita semua, chagi…”, jawabnya enteng dengan senyum simpulnya yang membuat Onew menyererah dalam hitungan detik.


“YA! Kenapa kalian malah bermain kejar-kejaran dalam pesta pernikahanku?!”, kali ini giliran Key yang mengamuk. “Kalian mengacaukan pestaku tau!”, bentakknya sok galak.
“Aigo yeobo~ jangan membentak mereka seperti itu… biar bagaimanapun kan mereka itu kakak dan adik iparku ^^”, tiba-tiba Soo Hoon muncul dari dalam rumah, menghamiri Key dan bergelayutan di lengan Key. Key hanya manyun pasrah seperti biasanya mendengar ucapan Soo Hoon, dia tak berdaya kalau Soo Hoon sudah bergelayutan di lengannya sambil menatapnya dengan tatapan manja.


“Hah, mentang-mentang kalian pengantin baru, seenaknya saja mengatur-ngatur kita!”, ujar Taemin tak terima dituduh sebagai pengacau pesta pernikahan hyungnya.
“Ya benar! Aku setuju dengan pendapat Taemin!”, dukung Jonghyun.


“YA! Kau mau mati hah??!”, pelotot Key. Sejenak kemudian terdengar ledak tawa mereka semua. Ternyata, serumit apapun kehidupan, Tuhan sudah merencanakan hal terindah di balik semua itu. Benar kan?










-THE END-


[tolong tinggalkan jejak ya chingu~ ^^]

No comments: